Kita semua pasti sepakat, setiap
pembelajaran (learning) yang diselenggarakan oleh perusahaan adalah untuk
mencapai kinerja perusahaan yang lebih baik, melalui adanya peningkatan
kompetensi karyawannya pada area peningkatan yang disasar.
Dalam mengelola proses
pembelajaran (learning management), ada 5 (lima) cakupan area hirarki improvisasi
(peningkatan) yang diharapkan, dan lebih lanjut akan berdampak terhadap kinerja
perusahaan, yakni:
- Akuisisi pengetahuan
- Pengembangan ketrampilan
- Modifikasi perilaku
- Membentuk kebiasaan
- Aplikasi dalam pekerjaan

Jadi menetapkan tujuan
pembelajaran menjadi yang sangat
prinsip, karena dari sinilah kita melakukan persiapan-persiapan, kepesertaan,
dan treking data apa saja nanti yang akan dikumpulkan untuk mengevaluasi /
mengukur suatu program pembelajaran. Termasuk juga, kalau kita memahami tujuan ini, metode pembelajaran
yang paling efektif-pun untuk program ini kita bisa rekomendasikan.
Akhirnya, jangan membuat tujuan
pembelajaran yang tidak bisa diukur.
Les Donaldson & Edward E.
Scannell, (Wakil Presiden ASTD), memetakan tujuan pembelaran ke
dalam aspek instruksional dan aspek perilaku.
Tujuan Instruksional
Aspek ini
bermakna instruktif, tujuan pembelajaran harus disusun secara jelas dan tegas,
jadi peserta di awal mengikuti program pembelajaran diberikan sebuah tuntutan pada
perubahan tertentu. Tujuan ini focus pada operasional terbagi ke dalam yang
bersifat jangka pendek dan jangka
panjang
Untuk operasional
Jangka Pendek, dinyatakan secara
tegas dan instruktif kepada peserta harus menguasai pengetahuan dan ketrampilan
pada profisiensi dasar (mutlak harus dipunyai). Biasanya program pembelajaran
berisikan, hal-hal bagaimana peserta nantinya harus mampu mengakuisisi semua Informasi
uraian jabatan /pekerjaan secara rinci, menjalankan prosedur-prosedur kerja
untuk menjalankan jabatan /pekerjaan, dan mengoperasikan perangkat-perangkat
atau aplikasi-aplikasi yang berelasi dengan jabatan/ pekerjaan. Setelah selesai
program, mengukurnya pada aspek pendemontrasian prilaku dalam bekerja (pengukuran
level 3).
Metode
pembelajaran yang paling efektf sesuai tujuan ini, biasanya berupa program Manajamen
Trainee atau On the job training (permagangan).
Untuk operasional
khusus, program pembelajaran karena ada hal-hal khusus atau program
bertujuan untuk memecahkan masalah
khusus. Antara lain, perubahan kebijakan yang harus diimplementasikan, tugas-tugas dalam rangka menghadapi perubahan
organisasi, mempersiapkan karyawan
sebagai sebagai agen dalam perubahan, atau karena adanya rotasi jabatan
/pekerjaan.
Berpola pada
teknik pemecahan masalah akan sangat efektif ketika kita akan menetapkan tujuan
pembelajaran ini.
Diagnosis
tujuan dari permasalahan yang terjadi, mengetahui penyebab yang dominan.
Selanjutnya, dari penyebab-penyebab
dominan dikembangkan untuk mengidentifikasi kompetensi-kompetensi (ketrampilan-ketrampilan) khusus yang dipersyaratkan
sebagai cara memecahkan masalah tersebut. Dapat sebagai informasi awal untuk penetapan tujuan
pembelajaran operasional khusus.
Sementara
untuk operasional jangka panjang,
diarahkan pada kegiatan tahap kedua (second level training) atau pada peningkatan profesi. Tujuan
pembelajaran ini ditetapkan dengan suatu keyakinan akan adanya peningkatan
ketrampilan pada selang waktu lama. Untuk itu, tujuan pembelajaran didesain
berdasarkan tahapan ketrampilan yang akan dilalui oleh peserta, dan sangat
penting sesuai dengan tugas-tugas jangka panjangnya
Dengan kata
lain, tujuan pembelajaran akan tersusun berupa learning roadmap plan. Perlu jadi perhatian, implementasi learning
roadmap ini sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :
- Kesadaran sikap karyawan,
- Ketepatan pengetahuan dan ketrampilan yang benar-benar efektif dapat meningkatkan mutu karyawan,
- Keselarasan dengan jangka panjang perusahaan.
Tujuan Perilaku
Tujuan
pembelajaran yang mengacu pada aspek perilaku adalah yang paling penting dalam
pengembangan sumber daya manusia khususnya pembelajaran karyawan. Mengapa
demikian?, karena semua program pembelajaran yang diselenggarakan pada akhirnya
ingin para pesertanya membuktikan apakah tercipta perilaku positif setelah
mengikuti program pembelajaran.Maksudnya, perilaku yang ditunjukan mencerminkan
terjadinya peningkatan performansi.
Misalnya, jika
suatu program pembelajaran tentang bagaimana membangun sebuah strategi yang
efektif, selesai mengikuti program ini peserta harus bisa menunjukan
perilaku-perilaku yang terkait dengan konten perancangan strategi tersebut.
Seperti, bagaimana menunjukan pengumpulan dan pengolahan data dan informasi
yang relevan, sehingga tersusunlah sebuah konsep strategi.
Menyusun
tujuan pembelajaran yang efektif dalam sebuah program pembelajaran jangan
terlalu banyak, karena akan mengaburkan
atau menjadikan tujuan spesifiknya menjadi tidak jelas. Dua atau tiga pernyataan
cukuplah untuk menyatakan tujuan tersebut. Terpenting diketahui, bahwa
pernyataan tujuan yang beraspek perilaku tersebut harus bisa diukur. Jadi
pada saat evaluasi dampak pembelajaran tidak mencari-cari apa yang mau diukur
dan dievaluasi lagi (holistic thinking).
Tapi, tidaklah
mudah merumuskan tujuan pembelajaran yang beraspek perilaku ini. Kalau salah
atau tidak tepat merumuskan tujuan ini berdampak terhadap pencapaian kinerja
yang menjadi tujuan akhir dari program.
Ada resep
untuk memudahkan kita menyusun tujuan aspek perilaku, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan
di bawah ini :
- Siapa yang akan melakukan tugas
- Apa yang akan diukur (indikator
- Apa tingkat minimum prestasi kerja itu (performance standard)
- Bagaimana tugas itu dievaluasi (sasaran kinerja)
Contoh sebuah latihan
(praktis) menyusun tujuan pembelajaran
beraspek perilaku seperti ini. Perusahaan mempunyai program kerja dengan
sasaran mencapai raihan penjualan sebesar-besarnya. Untuk mencapai raihan
tersebut, penjualan yang dilakukan dapat secara langsung maupun tidak langsung.
Penjualan tidak langsung, sebagai contoh penjualan melalui penggunaan mitra
kerja.
Bagaimana tujuan perilaku ini disusun?
Susunan
kata-kata yang digunakan untuk merumuskan tujuan perilaku, harus jelas tidak
menimbulkan banyak penafsiran tertentu atau kata-kata yang akan menyulitkan
pengukuran. Seperti :
- Untuk memahami …
- Untuk mengetahui …
- Untuk mengapresiasi ….dan sebagainya.
Dengan kata lain, untuk merumuskan atau menyusun tujuan pembelajaran, hindari menggunakan kata-kata tersebut.
Dikaitkan dengan penggunaan kata-kata yang memiliki kejelasan dan tidak banyak penafsiran, maka untuk tujuan perilaku untuk pelatihan penjualan melalui mitra kerja, dapat dituliskan sebagai berikut :
Dikaitkan dengan penggunaan kata-kata yang memiliki kejelasan dan tidak banyak penafsiran, maka untuk tujuan perilaku untuk pelatihan penjualan melalui mitra kerja, dapat dituliskan sebagai berikut :
- Untuk meningkatkan jumlah mitra penjualan …
- Untuk mengakuisisi mitra penjualan .. dan sebagainya
Terlihat jelas
contoh tersebut merupakan pernyataan yang mudah diukur, setelah waktu tertentu
mengikuti pembelajaran tersebut perilaku peserta akan diukur bertambahnya mitra
kerja penjualan. Konsepsinya, jumlah penjualan akan meningkat jika mitra
penjualan bertambah.
Dengan tujuan
perilaku yang ditetapkan seperti ini, desain materi untuk pembelajaran ini
tidak akan menekankan kepada kompetensi ketrampilan menjual saja, tapi lebih
ditekankan pada kompetensi-kompetensi yang membangun relasi, kemitraan penjualan,
membangun model penjualan (system
komisi, kesepakatan, dan sebagainya).
Kejelasan
penulisan tujuan pembelajaran ini juga akan memudahkan ketikan akan dilakukan
pengukuran terhadap pembelaran ini, atau dengan kata lain proses pengukuran
pembelajran sudah terancang sejak tujuan ditetapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar